Manusia dalam hidupnya tidak pernah
lepas dari masalah. Jika hal tersebut dirasakan menekan, mengganggu dan
mengancam maka keadaan ini dapat disebut stress.
Menurut Levy, Dignan, dan Shifers (dalam
Astuti,2003) mengatakan bahwa stres merupakan beberapa reaksi fisik dan
psikologis yang ditunjukkan seseorang dalam merespon beberapa perubahan yang
mengancam dari lingkungannnya yang disebut stresor.
Menurut Selye (dalam Saseno, 2001)
mendefinisikan stress sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap
tuntutan yang dialami individu.
Menurut Anaroga (2001) secara sederhana stress
sebenarnya merupakan suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu
dan mengakibatkan dirinya terancam.
Menurut Maramis (dalam
Doelhadi,1977) yang mengatakan bahwa stres adalah segala masalah atau tuntutan
penyesuaian diri yang bila tidak diatasi dengan baik, akan mengganggu
keseimbangan hidup dari manusia.
Menurut Noi dan Smith (dalam
Doelhadi,1977) stress dapat diartikan pula sebagai reaksi yang dirasakan oleh
manusia bila mendapat tekanan dari luar ataupun sesuatu sebab yang tidak dapat
diraba, bentuknya dapat berupa kekurangan atau kelebihan stimulasi yang dapat
menimbulkan perasaan bosan yang berkepanjangan.
Sedangkan menurut Pervin(dalam Doelhadi,1997) beranggapan bahwa
stress diartikan sebagai persepsi seseorang terhadap keadaan yang melebihi
kemampuannya atau sumber-sumber yang dianggap membahayakan atau mengancam
kesejahteraan dirinya.
Stres dibedakan menjadi dua yaitu stres yang
merugikan dan merusak yang disebut distress, dan stres yang positif dan
menguntungkan, yang disebut eustres. Setiap individu mempunyai reaksi yang
berbeda terhadap jenis stres, dalam kenyataannya stres menyebabkan
sebagian individu menjadi putus asa tetapi bagi individu lain justru dapat
menjadi dorongan baginya untuk lebih baik (Tanumidjojo, dkk 2004).
Hardjana (1994) mendefinisikan stres sebagai suatu
keadaan atau kondisi yang tercipta dalam proses transaksi orang yang mengalami
stres dan hal yang dianggap yang mendatangkan stres sehingga membuat orang yang
bersangkutan melihat ketidak sepadanan yang bersifat nyata maupun tidak nyata,
antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan
sosial yang ada padanya.
Menurut Wangsa ( 2010) istilah stres berasal dari
kata “stringere “ yang mempunyai arti ketegangan, dan
tekanan. Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan
oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang. Dimana harmoni atau
keseimbangan antara kekuatan dan kemampuannya terganggu.
Stress adalah ketegangan, ketakutan, tekanan batin,
tegangan konflik antara lain,
1. Satu
stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas(daya) psikologis atau fisiologis
dari suatu organisme.
2. Sejenis frustasi, dimana aktifitas
yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu oleh atau dipersukar, tetapi
tidak terhalang-halangi peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan was-was
kuatir dalam pencapaian tujuan.
3. Kekuatan yang ditetapkan dalam suatu sistem
tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada
pribadi.
4. Satu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan
oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan menurut Chaplin (2010)
Berdasarkan
beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah segaia suatu
kondisi berupa perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku
sebagai penyesuaian diri individu ketika mengalami tekanan karena dihadapkan
pada suatu kesenjangan antara kebutuhan dengan kenyataan sehingga tercipta
suatu kondisi ketidak seimbangan, beberapa tahapan terhadap stress dapat
ditandai dengan semangat kerja besar dan berlebihan, penglihatan tajam tidak
seperti biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energy dihabiskan disertai rasa gugup yang
berlebihan, merasa senang dengan pekerjaan itu dan semakin bertambah semangat.
Tahap
pertama, merasa letih saat bangun pagi, merasa mudah lelah setelah makan siang, lekas
merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut yang tidak
nyaman, detakan jantung lebih keras dari biasanya, otot-otot punggung dan
tengkuk terasa tegang, tidak bisa santai.
Tahap
kedua,
gangguan lambung dan usus
semakin terasa, misalnya keluhan maag dan diare, tegangan otot-otot semakin
terasa, perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional yang semakin
meningkat, gangguan pola tidur.
Keadaan stress
muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa ataupun terlalu banyak yang
mengancam kesejahteraan atau integritas individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar